Kamis, 09 Maret 2017

KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM (TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBAL)



TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBAL
A. Tantangan Pertama 

1. Tantangan islam berhadapan dengan kebudayaan Barat abad 20 
2. Setiap kebudayaan mengandung unsur umum, khusus, dan pengannti. Unsur umum yakni mencakup nilai-nilai , adat istiadat, tradisi, dan ide-ide dasar yang mengikat semua individu masyarakat. Unsur khusus diantaranya adalah konsep-konsep adat istiadat yang tidak bertentangan dengan unsur umum, tetapi mengenai kelompok khusus tertentu  di dalam masyarakat seperti kelompok dokter, guru atau buruh
3. Unsur pengganti adalah pikiran-pikiran, adat istiadat, yang diadopsi individu sebagai pemenuhan kebutuhan individual dan tiak membahayakan kelompok.

B. Tantangan Kedua

Tantangan ini bersifat intern, dimana tampak kejumudan produktifitas pemikiran keislaman dan upaya menghalangi produktifitas tersebut.

C. Tantangan Ketiga

Kebuadayaan yang dimiliki sebagian pemuda muslimin yang seang belajar di negeri asing hanya kebudayaan asing. Apabila kembali kenegeri asal, mereka bisa meniru kebudayaab asing secara buta dan mebawa filsafat barat yang tidak sesuai dengan realitas dan warisan budaya mereka.

D. Tantangan Keempat
Sistem Kebudayaan Islam disebagian negara muslim masih terpaku pada metode tradisional dan kurang merespon perkembangan zaman secara memadai agar generasi muda tidak berpaling kepada kemewahan kehidupan modern dan kebudayaan barat.

E. Tantangan Kelima
Kurikulum universitas di sebagian dunia islam masih mengabaian kebudayaan islam. Alasannya, universiats hanya bertugas menghasilkan tenaga-tenaga terampil bagi masyarakat, sedangkan pembekalan keagamaan menjadi tugas fakultas-fakultas keagamaan.

F. Tantangan Keenam
Berkenaan dengan pendidikan wanita muslimah, pedidikan modern dan dengan berkedok nasionalisme memang gencar mempromosikan pendidikan wanita, tetapi mengabaikan pendidikan kesyariatan bagi anak-anak putri.

KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM



TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN INDONESIA
A.    KH. Ahmad Dahlan (1869-1923)

Beliau dilahirkan di Yogyakarta oada tahun 1869 M/1285H. Nama kecil beliau adalah Muhammad Darwis. Semasa beliau kecil diajar mengaji oleh bapaknya sendiri. Beberapa pelajaran tafsir dan hadits, bahasa Arab serta Fiqih yang beliau kuasai diajarkan ke beberapa ulama di Yogyakarta dan sekitarnya. Pada tahun 1890 beliau pergi ke Mekkan dan menetap di sana untuk memperdalam pengetahuannya tentang islam.  
Pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H. Ahmad dahlan mendirikan Muhammadiyah. Ada beberapa latar belakanng beliau mendirikan Muhammadiyah diantaranya ialah: imat islam tidak memegang tuntutan Al Qur’an dan Hadits nabi, keadaan umat islam sangat menyedihkan karena akibat dari penjajahan, kegagalan institusi pendidikan islam untuk memenuhi tuntutan kemajuan zaman sebagai akibat ari mengisolasi diri.

B.    KH. Hasyim Asy’ari 

KH. Hasyim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari 1871 M di Jombang, Jawa Timur. Beliau pernah menjadi santri di pondok pesantren Wonokoyo di Probolinggo, pesantren langitan di Tuban, Trenggilis di Semarang, Silawan di Sidoarjao dan Mekkah. Pada tanggal 12 Robiul awal, tahun 1899 M, beliau mendirikan pesantren Tebuireng di Jombang untuk mengamalkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Beliau mendirikan Nahdlatul Ulama yang merupakan Jam’iyah bersama para pengasuh pondok pesantren lainnya. Sebagai organisasi yang mempunyai fungsi pendidikan Nahdlatul Ulama senantiasa berusaha secara sadar untuk menciptakan warga negara yang menyadari akan hak dan kewajibannya terhadap bangsa dan negara.

C. Akhmad Sukarti 

Syeikh Akhmad Sukarti dilahirkan di Dunggala, suatu daerahdi Sudan pada tahun 1872. Beliau di datangkan ke Indonesia oleh Jam’iyat khair melalui dua syeikh pengurus Jemaah haji yang datang secara kontinu ke Indonesia. Kedua syeik tersebut diminta untuk mendatangkan guru-guru agam di Arab Saudi yang bersedia mengajar di Jakarta. Pada tanggal 17 Juli 1914 beliau mendirikan organisasi yang dinamakan al-ishlah wal irsayd, yang kemudian dikenal dengan al irsyad di Jakarta. Tujuannya ialah memajukan islam murni di kalangan bangsa arab di Indonesia.

D. KH. Sahal Mahmud   

Beliau lahir di Pati, sebuah kota kecil di Jawa Tengah pada tanggak 17 Desember 1937. Beliau pernah mondok di beberapa pesantren diantaranya ialah di Bendo Pare, Kediri, dan Pondok pesantren Sarang, Rembang (1957-1960). Beliau juga pernah mnegenyam pendidikan di Mekkah kepada seorang ulama terkemuka di Mekkah, Syeikh Yasin Al Fadani. KH. Sahal Mahmud mendidirkan pesantren Maslahul Huda sebagi pesantren lembaga pendidikan keagamaan yang mengajarkan ilmu-ilmu agama, dari ilmu tauhid atau akidah, ilmu bahasa/alat (nahwu, shorof, fiqh, ushul fiqh, dan akhlaq). Pada Tahun 1980 beliau mendirikan Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (BPPM) untuk meningkatkan fungsi sosial.